Sabtu, 31 Oktober 2009

Antisipasi Impor , Stok Garam

SUMENEP - Sejumlah petani garam rakyat mulai menimbun garamnya. Itu karena ada informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kalianget bahwa hujan akan turun pada pertengahan Desember.Hasil pantauan cuaca yang dilakukan BMG beberapa waktu lalu, tahun ini diperkirakan kawasan tengah dan timur Sumenep hujan turun pada Desember. Karena itu, petani menimbun garamnya untuk persiapan stok garam pada musim hujan. Itu dilakukan untuk mengantisipasi impor garam.Hasan, petani garam asal Desa Pinggir Papas, Kec. Saronggi, mengatakan, penimbunan garam biasa dilakukan pada setiap menjelang akhir musim. Sehingga, ketika gudang membutuhkan garam pada saat musim hujan, petani masih punya stok garam untuk dijual. Dengan begitu, pihak gudang tidak punya alasan untuk mengimpor garam. Dijelaskan, berdasarkan aturan, gudang tidak boleh mengimpor garam pada saat dua bulan setelah musim panen dan satu bulan sebelum panen.Menurut Hasan, impor garam bisa merugikan petani. Sebab, dengan mengimpor garam dikhawatirkan gudang kelebihan stok. "Jika (gudang) kelebihan stok, garam lokal tidak akan dibeli. Harga garam akan murah pada tahun berikutnya," terangnya.Selain itu, garam ditimbun agar harganya bagus. Sebab, kata Hasan, pada musim hujan harga garam biasanya naik dibanding saat panen pada musim kemarau."Jika berkaca pada tahun sebelumnya, harga garam pada musim hujan naik sampai 50 persen. Saat musim kemarau harga garam yaitu Rp 200 ribu per ton, tapi pada musim hujan naik menjadi Rp 300 ribu per ton," ungkapnya.(c22/mat/jp.com/sfl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar